KABINETKABINET DI INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL. cookies to personalize content, tailor ads and improve the user experience. By using our site, you agree to our collection of information through the use of cookies. Banyakperistiwa yang terjadi pada proses perumusan naskah proklamasi, mulai dari penulisan tangan sampai perubahan pada isinya. Baca juga: Kabinet Ali Sastroamijoyo I: Susunan, Program Kerja, dan Pergantian. Proses Perumusan. Perumusan teks proklamasi Indonesia dilakukan di rumah Laksamana Tadashi Maeda pada 17 Agustus 1945 dini hari. ProgramKerja 7 Kabinet Indonesia Pada Masa Demokrasi Liberal Demokrasi Liberal Foto Langka Indonesia. 7252014 Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 yang mana menjadi penyebab kegagalan dari kabinet Ali dengan mengangkat Kolonel AH Nasution sebagai Staf Angkatan Darat pada 28 Oktober 1955. pemilihanumum tidak dilaksanakan pada masa Kabinet Ali I karena terlanjur jatuh. Kabinet pengganti Ali I yang berhasil menjalankan pemilihan umum, yaitu Kabinet Burhanuddin Harahap. Pelaksanaan Pemilihan Umum pertama dibagi dalam 16 daerah pemilihan yang meliputi 208 kabupaten, 2139 kecamatan, dan 43.429 desa. Pemilihan 66 Kelas XII SMA/MA ekonomiyang berat sebelah. Program ini dilakukan pada masa pemerintahan kabinet Natsir dan diinisiasi oleh Sumitro Djoyohadikusumo yang merupakan menteri perdangan. Inti kebijakan ini adalah membantu pengusaha pribumi dengan bantuan kredit dan kesempatan dari pemerintah. 5. Tuliskan5 faktor yang menyebabkan seringnya terjadi pergantian kabinet pada masa demokrasi liberal . Pertanyaan Lain Ujian NasionalApa yg terjadi jika batas keolengan vleg melebihi batas toleransiJawaban 3Ujian Nasional, 2040, rizky7458Jika dlm perambatannya bunyi dihalangi oleh benda yg permukaannya keras maka bunyi ipa Jawaban 1Ujian Nasional, 1510, dianseptiraApa yang dimaksud fungsi qanaah sebagai stabilisator dalam kehidupan manusiaJawaban 1Ikan, ikan apa yang mirip kentang?Jawaban 1 Apakah Anda tahu jawaban yang benar? Tuliskan lima program yang diselenggarakan pada masa kabinet ali 2... PertanyaanPenjaskes, 0430Matematika, 0430Matematika, 0430Matematika, 0430Wirausaha, 0430B. Indonesia, 0430Matematika, 0430 - Kabinet Ali Sastroamijoyo II sering juga disebut sebagai Kabinet Ali-Roem-Idham. Disebutnya sebagai Kabinet Ali-Roem-Idham, karena kabinet ini dipimpin oleh Ali Sastroamijoyo didampingi dengan Mohammad Roem dan Idham Chalid sebagai wakil. Kabinet ini bertugas pada periode 24 Maret 1956 sampai 14 Maret 1957. Baca juga Kondisi Politik pada Masa Demokrasi Liberal Penetapan Terbentuknya Kabinet Ali Sastroamijoyo II atau Ali-Roem-Idham ini berhubungan dengan terselenggaranya pemilu 1955. Pemilu 1955 berfungsi untuk memilih anggota DPR dari berbagai partai politik yang berkembang pada masa itu. Berdasarkan dari hasilnya, pemilu 1955 dimenangkan oleh empat partai, yaitu PNI, Masyumi, NU, dan PKI. Karena PNI yang diketuai oleh Ali Sastroamijoyo menjadi partai dengan suara terbanyak, maka beliau kembali dipercayai untuk menjabat sebagai Perdana Menteri dan memimpin kabinet. Selama menjabat sejak 24 Maret 1956 sampai 14 Maret 1957, kepemimpinan Ali didampingi juga oleh Mohammad Roem dan Idham Chalid, sehingga kabinet ini juga disebut sebagai Kabinet Ali-Roem-Idham. Mohammad Roem adalah seorang diplomat dan menjabat sebagai wakil perdana menteri, menteri luar negeri, dan Mendagri selama kepemimpinan Presiden Soekarno. Ia juga menjadi pemimpin dari terbentuknya Perjanjian Roem-Roijen yang ditandatangani pada 7 Mei 1949. - Kabinet Burhanuddin Harahap bertugas pada periode 12 Agustus 1955 hingga 3 Maret 1956. Kabinet Burhanuddin Harahap juga disebut sebagai Kabinet Nasional, karena jumlah partai yang tergabung pada kabinet ini dipegang oleh 13 partai yang didominasi oleh Partai Masyumi. Selama hampir setahun bekerja, Kabinet Burhanuddin Harahap telah menyumbang sejumlah apa keberhasilan Kabinet Burhanuddin Harahap? Baca juga Kabinet Burhanuddin Harahap Latar Belakang, Susunan, dan Kebijakan Mengadakan pemilu 1955 Salah satu keberhasilan Kabinet Burhanudin Harahap di masa demokrasi parlementer adalah menyelenggarakan pemilu 1955. Pemilu 1955 merupakan pemilu pertama di Indonesia yang diselenggarakan pada 29 September 1955 untuk memilih anggota DPR dan 15 Desember 1955 untuk memilih anggota Dewan Konstituante. Pemilu 1955 diikuti oleh lebih dari 30 partai politik dan lebih dari 100 daftar kumpulan. Sistem yang digunakan dalam Pemilu 1955 adalah perwakilan proporsional dengan tiap daerah pemilih mendapat jumlah kursi atas dasar jumlah penduduknya. Setiap daerah mendapat jatah minimal enam kursi untuk Konstituante dan tiga kursi untuk data, ada 260 jumlah kursi DPR dan 520 kursi untuk Konstituante pada Pemilu 1955. Masih ditambahkan lagi dengan 14 wakil golongan minoritas yang diangkat oleh pemerintah. Baca juga Sejarah Pemilu 1955 di Indonesia Adapun partai-partai politik yang ikut dalam Pemilu 1955 adalah sebagai berikut. PNI Masyumi NU PKI PSII Partai Kristen Indonesia Partai Katolik Partai Sosialis Indonesia Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia Pergerakan Tarbiyah Islamiyah Partai Rakyat Nasional Partai Buruh GPPS Partai Rakyat Indonesia Persatuan Pegawai Polisi RI Murba Baperki PIR Wongsonegoro Grinda Permai PD PIR Hazairin PPTI AKUI Persatuan Rakyat Desa Partai Republik Indonesia Merdeka PRIM Angkatan Comunis Muda Acoma R Soedjono Prawirisoedarso Baca juga Kabinet Ali Sastroamijoyo I Susunan, Program Kerja, dan Pergantian Dari partai-partai politik yang ikut dalam Pemilu 1955, PNI keluar dengan mendapat suara terbanyak. PNI mendapat peroleh suara sebanyak 22,32 persen untuk anggota DPR dan 23,97 persen untuk Konstituante. Selain itu, pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap pemerintah berhasil membubarkan Uni Indonesia-Belanda pada 1956 karena Belanda menolak persetujuan FINEK Finansial Ekonomi yang diajukan Indonesia. Referensi Simanjuntak, 2003. Kabinet-kabinet Republik Indonesia Dari Awal Kemerdekaan Sampai Reformasi. Jakarta Djambatan. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. - Era Demokrasi Liberal adalah era ketika Presiden Soekarno memerintah menggunakan konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950. Periode ini berlangsung sejak 17 Agustus 1950 hingga 5 Juli 1959. Selama periode ini berjalan, telah terbentuk sebanyak tujuh kabinet dengan dipimpin oleh perdana menteri yang kabinet tersebut adalah Kabinet Natsir Kabinet Sukiman-Suwirjo Kabinet Wilopo Kabinet Ali Sastroamijoyo I Kabinet Burhanuddin Harahap Kabinet Ali Sastroamijoyo II Kabinet Djuanda Setiap program yang dilaksanakan dalam ketujuh kabinet tersebut membahas masalah yang sama. Masalah yang selalu menjadi program setiap kabinet pada masa Liberal adalah pengembalian Irian Barat atau mempertahankan Irian Barat. Baca juga Sejarah Irian Barat hingga Bergabung ke Indonesia Kabinet Natsir Kabinet Natsir merupakan kabinet pertama yang dibentuk setelah Republik Indonesia Serikat bubar dan diganti menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Kabinet ini dipimpin oleh Mohammad Natsir sejak 6 September 1950 hingga 27 April 1951. Susunan anggota menteri di dalam kabinet ini sendiri yaitu Menteri Dalam Negeri Assaat Menteri Luar Negeri Mohammad Roem Menteri Keamanan Rakyat Abdul Halim berhenti 8 Desember 1950 dan Sri Sultan HB IX diangkat 8 Desember 1950 Menteri Kehakiman Wongsonegoro Menteri Penerangan Pellaupessy Menteri Keuangan Sjafruddin Prawiranegara Menteri Perdagangan dan Industri Sumitro Djojohadikusumo Menteri Pertanian Tandiono Manu Menteri Pekerjaan Umum dan Rekonstruksi Herman Johannes Menteri Sosial Haryadi Menteri Perhubungan Djuanda Menteri Kesehatan Menteri Agama Wahid Hasjim Menteri Tenaga Kerja Pandji Suroso Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bahder Johan Menteri Negara Harsono Cokroaminoto Selama kabinet ini beroperasi, terdapat tujuh program kerja yang dilaksanakan, yaitu Mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan umum untuk Dewan Konstituante dalam waktu yang singkat. Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan serta membentuk peralatan negara yang bulat berdasarkan Pasal 146 dalam UUD Sementara 1950. Menggiatkan berbagai usaha untuk mencapai keamanan dan ketentraman Mengembangkan dan memperkokoh kekuatan perekonomian rakyat sebagai dasar bagi pelaksanaan kegiatan perekonomian nasional yang sehat serta melaksanakan keragaman dan kesamarataan hak antara buruh dan majikan Membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas dalam bidang Kesehatan dan kecerdasan Menyempurnakan organisasi Angkatan perang dan pemulihan mantan anggota-anggota tentara dan gerilya ke dalam masyarakat Memperjuangkan dan mengusahakan penyelesaian masalah perebutan wilayah Irian Barat dalam waktu yang singkat Selama masa Kabinet Natsir berjalan, banyak terjadi pemberontakan di Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, APRA, dan Gerakan RMS. Karena banyaknya masalah pemberontakan, pada 22 Januari 1951, parlemen Indonesia menyampaikan Mosi Tidak Percaya yang diikuti dengan mundurnya Natsir dari jabatannya. Baca juga Kabinet Natsir Latar Belakang, Susunan, Program Kerja, dan Pergantian Kabinet Sukiman-Suwiryo Setelah Kabinet Natsir berhenti, kabinet kedua yang dibentuk adalah Kabinet Sukiman-Suwiryo. Kabinet ini diketuai oleh Sukiman dan walinya Suwiryo, bertugas sejak 27 April 1951 sampai 3 April 1952. Susunan menteri dalam kabinet ini adalah Menteri Luar Negeri Achmad Subardjo Menteri Pertahanan Sewaka diangkat 9 Mei 1951 Menteri Kehakiman Wongsonegoro berhenti 14 Juni 1951, A. Pellaupessy diangkat 14 Juni 1951, berhenti 16 Juli 1951, dan Mohammad Nasrun diangkat 16 Juli 1951 Menteri Penerangan Arnold Mononutu Menteri Keuangan Jusuf Wibisono Menteri Pertanian Suwarto Menteri Perdagangan dan Perindustrian Sujono Hadinoto berhenti Juli 1951 dan Wilopo diangkat Juli 1951 Menteri Perhubungan Djuanda Kartawidjaja Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Ukar Bratakusumah Menteri Perburuhan Iskandar Tedjasukmana Menteri Sosial Sjamsuddin Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wongsonegoro Menteri Agama Wahid Hasjim Menteri Kesehatan J. Leimena Menteri Urusan Umum A. Pellaupessy Menteri Urusan Pegawai Pandji Suroso Menteri Urusan Agraria Gondokusumo Program kerja yang dibuat dalam kabinet ini adalah Menjalankan tindakan-tindakan tegas sebagai negara hukum untuk menjamin keamanan dan ketentraman, serta menyempurnakan organisasi alat-alat kekuasaan negara. Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam jangka pendek untuk mempertinggi sosial ekonomi rakyat, membaharui hukum agrarian sesuai kepentingan petani, dan mempercepat usaha penempatan beas pejuang dalam lapangan pembangunan. Menyelesaikan persiapan pemilu untuk membentuk konstituante dan menyelenggarakan pemilu dalam waktu singkat. Mempercepat otonomi daerah. Menyiapkan undang-undang tentang Pengakuan Serikat Buruh dan Perjanjian Kerja sama collectieve arbeidsovereenkomst Menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif untuk perdamaian, menyelenggarakan hubungan Indonesia-Belanda atas dasar Unite Statuut menjadi hubungan berdasarkan perjanjian internasional, mempercepat peninjauan kembali persetujuan KMB dan meniadakan perjanjian yang merugikan negara dan rakyat.. Memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia secepatnya. Sayangnya, karena terdapat mosi tidak percaya, Kabinet Sukiman-Suwiryo jatuh. Mosi tidak percaya tersebut merupakan pemberian dari seluruh partai politik atas dugaan penyelewengan teknis dan ideologi terkait dana bantuan asing, Mutual Security Act MSA. Kabarnya, kabinet ini menandatangani perjanjian dengan MSA dari Amerika Serikat terkait persetujuan bantuan ekonomi dan senjata. Akibatnya, terjadi pertentangan dari Partai Masyumi dan PNI terhadap tindakan Sukiman. Sukiman terpaksa harus mengembalikan mandatnya kepada presiden. Kabinet Wilopo Kabinet Wilopo adalah kabinet ketiga yang dibentuk setelah pembubaran negara Republik Indoensia Serikat RIS. Kabinet ini diketuai oleh Wilopo pada periode 3 April 1952 hingga 3 Juni 1953. Susunan menteri di dalamnya adalah sebagai berikut Menteri Luar Negeri Wilopo berhenti 29 April 1952 dilanjutkan oleh Mukarto diangkat 29 April 1952 Menteri Dalam Negeri Mohammad Roem Menteri Pertahanan Sri Sultan HB IX berhenti 2 Juni 1953 dan Wilopo diangkat 2 Juni 1953 Menteri Kehakiman Lukman Wiradinata Menteri Penerangan Arnold Mononutu Menteri Keuangan Sumitro Djojohadikusumo Menteri Pertanian Mohammad Sardjan Menteri Perekonomian Sumanang Menteri Perhubungan Djuanda Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Suwarto Menteri Perburuhan Iskandar Tedjasukmana Menteri Sosial Anwar Tjokroaminoto berhenti 9 Mei 1953 dan Pandji Suroso diangkat 9 Mei 1953 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bahder Djohan Menteri Agama Fakih Usman Menteri Kesehatan Menteri Urusan Pegawai Pandji Suroso berhenti 11 Mei 1953 Baca juga Kabinet Ali Sastroamijoyo II Ali-Roem-Idham Enam program kerja yang dilaksanakan dalam kabinet ini yaitu Organisasi Negara Melaksanakan pemilihan umum untuk Konstituante dan Dewan-dewan DaerahMenyelesaikan penyelenggaraan dan mengisi otonomi daerahMenyederhanakan organisasi Pemerintah Pusat Kemakmuran Memajukan tingkat penghidupan rakyat dengan mempertinggi produksi nasional, terutama bahan makanan rakyat Melanjutkan usaha perubahan agrarian Keamanan Menjalankan segala sesuatu untuk mengatasi masalah keamanan dengan kebijaksanaan sebagai negara hukum dan menyempurnakan organisasi alat-alat kekuasaan negara serta memperkembangkan tenaga masyarakat untuk menjamin keamanan dan ketentraman Perburuhan Memperlengkapkan perundang-undangan perburuhan untuk meninggikan derajatnya kaum buruh guna menjamin proses produksi nasional Pendidikan dan Pengajaran Mempercepat usaha-usaha perbaikan untuk pembaharuan pendidikan dan pengajaran. Luar Negeri Mengisi politik luar negeri yang bebas dengan activiteit yang sesuai dengan kewajiban kita dalam kekeluargaan bangsa-bangsa dan dengan kepentingan nasional menuju perdamaian dunia. Menyelesaikan penyelenggaraan perhubungan Indonesia-Nederland atas dasar unie-statuut mejadi hubungan berdasarkan perjanjian internasional biasa yang menghilangkan hasil-hasil KMB yang merugikan rakyat dan negara. Meneruskan perjuangan memasukkan Irian Barat dalam wilayah Indonesia secepatnya. Sayangnya, Kabinet Wilopo hanya berjalan selama satu tahun, karena selama kabinet ini berlangsung telah muncul berbagai gerakan separatis yang kemudian mengganggu stabilitas pemerintahan. Oleh sebab itu, pada 2 Juni 1953, Wilopo resmi mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno. Kabinet Ali Sastroamijoyo I Kabinet Ali Sastroamijoyo I adalah kabinet keempat yang berjalan pada periode 31 Juli 1953 hingga 24 Juli 1955, dipimpin oleh Ali Sastroamijoyo. Susunan menteri dalam kabinet ini adalah Menteri Luar Negeri R. Sunarjo Menteri Dalam Negeri Hazairin Menteri Perekonomian Iskaq Tjokrohadisurjo Menteri Keuangan Ong Eng Die Menteri Pertahanan Iwa Kusumasumantri Menteri Kehakiman Djody Gondokusumo Menteri Penerangan Tobing Menteri Perhubungan Abikusno Tjokrosujoso berhenti 29 September 1953 dan Rooseno diangkat 29 September 1953 Menteri Pekerjaan Umum Rooseno berhenti 12 Oktober 1953 dan Mohammad Hasan diangkat 12 Oktober 1953 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Yamin Menteri Perburuhan Abidin Menteri Pertanian Sadjarwo Menteri Agama Masjkur Menteri Kesehatan Tobing dan Lie Kiat Teng Mohammad Ali Menteri Sosial Pandji Suroso Menteri Negara Kesejahteraan Umum Sudibjo, Wongsonegoro, dan Siradjuddin Abbas Menteri Negara Urusan Agraria Mohammad Hanafiah Program kerja yang dilakukan dalam kabinet ini adalah Dalam Negeri Keamanan Memperbaharui politik, mengembalikan keamanan sehingga memungkinkan tindakan-tindakan yang tegas serta membangkitkan tenaga rakyat. Menyempurnakan hubungan antara alat-alat kekuasaan negara. Pemilihan Umum Segera melaksanakan pemilu untuk Konstituante dan DPR Kemakmuran dan Keuangan Menitikberatkan politik pembangunan kepada segala usaha untuk kepentingan rakyat jelata. Memperbaharui perundang-undangan agraria sesuai dengan kepentingan petani dan rakyat kota. Mempercepat usaha penempatan bekas pejuang dan kaum penganggur terlantar dalam lapangan pembangunan. Memperbaiki pengawasan atas pemakaian uang negara. Organisasi Negara Memperbaharui politik desentralisasi dengan jalan menyempurnakan perundang-undangan dan mengusahakan pembentukan daerah otonom sampai ke tingkat yang paling bawah. Menyusun aparatur pemerintahan yang efisien serta pembagian tenaga yang rasionil dengan mengusahakan perbaikan taraf penghidupan pegawai. Memberantas korupsi dan birokrasi Perburuhan Melengkapkan perundang-undangan perburuhan untuk mencapai kegembiraan kerja sebesar-besarnya. Perundang-undangan Mempercepat terbentuknya perundang-undangan nasional, terutama di lapangan keamanan, kemakmuran, keuangan dan kewarganegaraan. Irian Barat Mengusahakan kembalinya Irian barat ke dalam kekuasaan wilayah Republik Indonesia secepat-cepatnya. Politik Luar Negeri Menjalankan politik luar negeri yang bebas dan yang menuju perdamaian dunia. Merubah hubungan Indonesia-Belanda atas dasar unie-statuut menjadi hubungan internasional biasa. Mempercepat peninjauan kembali lain-lain perjanjian KMB dan menghapuskan perjanjian-perjanjian yang merugikan negara. Kebijaksanaan Pemerintah Mengusahakan penyelesaian segala perselisihan politik yang tidak dapat diselesaikan dalam kabinet dengan menyerahkan keputusannya kepada parlemen. Selama Kabinet Ali Sastroamijoyo I berjalan, terdapat beberapa masalah yang muncul, salah satunya adalah kondisi perekonomian Indonesia yang memburuk yang diakibatkan oleh adanya korupsi dan inflasi. Karena masalah ini sulit ditangani, Partai NU dan partai-partai lainnya pun menarik menteri-mernterinya yang menjabat di Kabinet Ali Sastroamijoyo I. Ali Sastroamijoyo I kemudian menyerahkan mandatnya kembali kepada presiden pada 24 Juli 1955. Baca juga Kabinet Ali Sastroamijoyo I Susunan, Program Kerja, dan Pergantian Kabinet Burhanuddin Harahap Setelah Kabinet Ali Sastroamijoyo I berhenti, kabinet yang menggantikannya adalah Kabinet Burhanuddin Harahap. Kabinet ini bertugas pada 12 Agustus 1955 sampai 3 Maret 1956. Kabinet Burhanuddin Harahap juga disebut sebagai Kabinet Nasional, karena terdapat 13 partai yang tergabung dalam kabinet ini, didominasi oleh Partai Masyumi. Susunan menteri dalam Kabinet Burhanuddin Harahap adalah Menteri Luar Negeri Ide Anak Agung Gde Agung Menteri Dalam Negeri R. Sunarjo Menteri Pertahanan Burhanuddin Harahap Menteri Kehakiman Lukman Wiradinata Menteri Penerangan Sjamsuddin Sutan Makmur Menteri Keuangan Sumitro Djojohadikusumo Menteri Perekonomian Kasimo Menteri Pertanian Mohammad Sardjan Menteri Perhubungan H. Laoh Menteri Muda Perhubungan Asraruddin Menteri Pekerjaan Umum Pandji Suroso Menteri Perburuhan Iskandar Tedjasukmana Menteri Sosial Sudibjo Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan Suwandi Menteri Agama Mohammad Iljas Menteri Kesehatan J. Leimena Menteri Agraria Gunawan Menteri Negara Abdul Hakim Menteri Negara Sutomo Menteri Negara Gumala Adjaib Nur Program kerja yang dijalankan dalam Kabinet Burhanuddin Harahap adalah sebagai berikut Mengembalikan kewibawaan gezag moril pemerintah, contohnya kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada pemerintah. Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan menyegerakan terbentuknya parlemen yang baru. Menyelesaikan perundang-undangan desentralisasi sedapat-dapatnya dalam tahun 1955 ini juga. Menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan inflasi. Memberantas korupsi. Meneruskan perjuangan mengembalikan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia. Memperkembangkan politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik bebas dan aktif menuju perdamaian. Kabinet Burhanuddin Harahap kemudian bubar pada 3 Maret 1956, karena tugas-tugasnya telah selesai. Baca juga Kabinet Djuanda Penetapan, Susunan, Program Kerja, dan Pergantian Kabinet Ali Sastroamijoyo II Usai Kabinet Burhanuddin Harahap bubar, dibentuklah Kabinet Ali Sastroamijoyo II. Kabinet ini bertugas pada periode 24 Maret 1956 hingga 14 Maret 1957. Susunan menteri dalam kabinet ini adalah Menteri Luar Negeri Roeslan Abdulgani Menteri Dalam Negeri Soenarjo Menteri Pertahanan Ad interim Ali Sastroamidjojo Menteri Kehakiman Muljatno Menteri Penerangan Soedibjo Menteri Keuangan Jusuf Wibisono Menteri Perekonomian Barhanuddin Menteri Muda Perekonomian Umbas Menteri Pertanian Eny Karim Menteri Muda Pertanian Sjech Marhaban Menteri Perhubungan Suchar Tedjasukmana Menteri Muda Perhubungan de Rozari Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Pangeran Mohammad Nur Menteri Agraria Suhardi Menteri Sosial Fattah Jasin Menteri Tenaga Kerja Sabilal Rasjad Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Sarino Mangunpranoto Menteri Kesehatan H. Sinaga Menteri Urusan Umum Rusli Abdul Wahid Menteri Negara Urusan Veteran Dahlan Ibrahim Program kerja yang berjalan dalam kabinet ini adalah Pembatalan KMB Menyelesaikan pembatalan seluruh perjanjian Konferensi Meja Bundar KMB secara unilateral, baik secara formil maupun materil dan mengadakan tindakan-tindakan untuk menampung akibatnya. Irian Barat Meneruskan perjuangan untuk mewujudkan kekuasaan de facto Republik Indonesia atas Irian Barat bersandarkan kekuatan rakyat dan kekuatan-kekuatan anti-kolonialisme di dunia internasional. Membentuk provinsi Irian Barat. Luar Negeri Menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif, bersandarkan kepentingan rakyat dan menuju ke perdamaian dunia. Meneruskan kerjasama dengan negara-negara Asia-Afrika dan melaksanakan keputusan-keputusan Konferensi Asia Afrika pertama di Bandung. Dalam Negeri Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan, ekonomi, keuangan, industri, perhubungan, pendidikan, serta pertanian. Setelah satu tahun bertugas, pada 14 Maret 1957, Kabinet Ali Sastroamijoyo II ini harus mengembalikan mandatnya kepada presiden. Alasannya adalah karena terjadi perpecahan antara Partai PNI dan Masyumi. Kabinet Djuanda Kabinet Djuanda atau Kabinet Karya bertugas pada periode 9 April 1957 hingga 10 Juli 1959. Kabinet ini dipimpin oleh Ir H Djuanda Kartawijaya bersama tiga wakilnya, Mr Hardi, Idham Chalid, dan dr. Leimana, yang dikenal sebagai Zaken Kabinet. Zaken Kabinet adalah kabinet yang jajarannya diisi oleh para tokoh ahli dalam bidangnya. Susunan menteri dalam kabinet ini adalah Menteri Luar Negeri Soebandrio Menteri Dalam Negeri Sanusi Hardjadinata Menteri Pertahanan Djuanda Menteri Kehakiman Maengkom Menteri Penerangan Soedibjo Menteri Keuangan Sutikno Slamet Menteri Pertanian Sadjarwo Menteri Perdagangan Prof. Mr. Soenario dan Rachmad Muljomiseno Menteri Perindustrian Inkiriwang Menteri Perhubungan Sukardan Menteri Perhubungan Laut Nazir Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Pangeran Mohammad Nur Menteri Perburuhan Samijono Menteri Sosial J. Leimena dan Muljadi Djojomartono Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prijono Menteri Kesehatan Aziz Saleh Menteri Agama Mohammad Iljas Menteri Agraria R. Sunarjo Menteri Negara Urusan Pengerahan Tenaga Kerja Hanafi Menteri Negara Urusan Veteran Chaerul Saleh Menteri Negara Hubungan Antar Daerah Tobing Menteri Negara Urusan Stabilisasi Ekonomi Suprajogi Menteri Negara Urusan Kerjasama Sipil Militer Wahid Wahab Menteri Negara Urusan Transmigrasi Tobing Menteri Negara Hanafi Menteri Negara Mohammad Yamin Program kerja dalam kabinet ini yaitu Membentuk Dewan Nasional Normalisasi keadaan Republik Melanjutkan pelaksanaan pembatalan KMB Perjuangan Irian Barat Mempergiat Pembangunan Berakhirnya Kabinet Djuanda disebabkan oleh terbentuknya Demokrasi Terpimpin, di mana Presiden Soekarno menjabat sebagai Perdana Menteri dan Djuanda sebagai menteri utama. Referensi Simanjuntak, 2003. Kabinet-Kabinet Republik Indonesia Dari Awal Kemerdekaan Sampai Reformasi. Jakarta Djambatan,hlm. 116-124. Susanto, Ready. 2018. Mari Mengenal Kabinet Indonesia. Bandung PT Dunia Pustaka Jaya. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Maret 9, 2021 oleh sivuun Kabinet Ali Sastroamijoyo II 20 Maret 1956 – 4 Maret 1957 Setelah Kabinet Burhanuddin Harahap secara sukarela mengundurkan diri dan mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno. Lantas Presiden Soekarno menunjuk kembali Kabinet Ali Sastroamijoyo untuk menjadi formatur. Kabinet ini disebut juga Kabinet Ali Sastroamijoyo II atau Kebinet Ali – Roem – Idham. Pembentukan Kabinet Ali Sastroamijoyo II ini hasil dari koalisi antara tiga partai besar yaitu Partai Masyumi, PNI dan NU. Program kerja kabinet Ali Sastroamijoyo II adalah program kerja jangka panjang yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang meliputi Masih tetap dalam jalur berjuang melawan Belanda untuk merebut Irian dalam pembentukan anggota DPRD dan untuk membentuk otonomi daerah di wilayah dan berupaya menjamin nasib kaum buruh dan kondisi keuangan negara dengan cara menyeimbangkan anggaran belanja negara dan keuangan perekonomian menjadi ekonomi nasional yang didasarkan pada kepentingan rakyat, Yang sebelumnya adalah ekonomi kolonial. Hasil Kerja Kabinet Ali Sastroamijoyo II yaitu ketika mendapatkan dukungan penuh dari Presiden Soekarno dan dianggap sebagai awal dari sebuah periode planning and investment. Kabinet Ali Sastroamijoyo II berhasil membatalkan seluruh perjanjian KMB yang telah disepakati bersama oleh perwakilan Indonesia dan Belanda. Lalu beralihnya kepemilikan beberapa perusahaan yang dipegang oleh Belanda menjadi milik Tionghoa Cina. Dan segala kepentingan kepentingan terkait dengan Belanda akan ditindaklanjuti dan di proses sesuai hukum yang berlaku di Indonesia. Kendala Kerja Kabinet Ali Sastroamijoyo II adalah Kerusuhan, perkelahian dan perusakan terjadi di beberapa kota sebagai akibat dari tidak senangnya masyarakat terhadap kedudukan istimewa dari orang Cina pada saat itu, sehingga muncul di masyarakat semangat anti pergolakan dan kekacauan di berbagai daerah yang semakin menguat dan mengarah pada gerakan separatisme. Selain itu gerakan juga didukung oleh perpecahan antara Masyumi dengan PNI. Hal ini membuat Masyumi menarik para menterinya yang berimbas pada melemahnya Kabinet Ali Sastroamijoyo. Berakhirnya Kabinet Ali Sastroamijoyo II yaitu ketika timbul banyak sekali permasalahan dalam tubuh kabinet dan terjadi pertentangan atau perselisihan antara partai Masyumi dan PNI. Buntut dari Perselisihan antara partai Masyumi dan PNI adalah menteri-menteri dari partai Masyumi di tarik keluar dan mundur dari jabatanya dalam kabinet. Ditambah lagi dengan keadaan negara yang sangat kacau dan tidak terkandali. Hal ini tentu saja membuat Kabinet Ali Sastroamijoyo II melemah dan secara terpaksa membuat Kabinet tersebut mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno. Lihat Juga Kabinet Natsir 1950-1951 Program Kerja, Hasil Kerja dan KendalaKabinet Sukiman 1951-1952 Program kerja, Hasil Kerja, KendalaKabinet Wilopo 1952-1953 Program Kerja, Hasil Kerja dan KendalaKabinet Ali Sastroamijoyo 1953-1955 Program Kerja, Hasil Kerja dan KendalaKabinet Burhanuddin Harahap 1955 – 1956 Program Kerja, Hasil Kerja dan KendalaKabinet Ali Sastroamijoyo II 1956 – 1957 Program Kerja, Hasil Kerja dan KendalaKabinet Djuanda 1957 – 1959 Program Kerja, Hasil Kerja dan Kendala Thanks, Semoga membantu !!! Kategori Sejarah

tuliskan 5 program yang diselenggarakan pada masa kabinet ali 2